DILAN NEWS, Seluma – Pada tahun 1920 ada satu keluarga yang berasal dari daerah Rindo Hati menemukan tempat yang masih hutan dan rawa-rawa. Namun memiliki daratan dan perairan yang cukup luas sehingga memiliki potensi yang baik untuk ditapaki maupun dimanfaatkan kekayaan alamnya oleh keluarga Pak Jemenang.
Pak Jemenang mempunyai 3 orang anak Yang pertama bernama Rapat yang kedua Maselia dan anak ketiga bernama Aliati, Karena anak pertama bernama Rapat maka Pak Jemenang di panggil Pak Rapat. Setelah menemukan tempat yang cocok tersebut tinggallah mereka mereka di tempat saat itu disebut sebagai Talang Lamo sampai sekarang. Talang Lamo terletak di dekat Jembatan Desa Talang Perapat Kecamatan Seluma Barat Kabupaten Seluma.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Pak Rapat membuka lahan menanam Ketela Pohon dan Padi serta mencari Ikan di rawa. Setelah 3 tahun menetap di Talang Lamo tepatnya pada tahun 1923 hasil Padi dan Ubi Pak Rapat sesalu memuaskan. Sehingga kabar Pak Rapat menetap di Talang Lamo dan membuka lahan itu pun tersebar dusun sekitar yang di antaranya Jembak Kabu, Lubuk Buar, Gugur Ranting dan Ulak Selbang.
Waktu terus berjalan dan masyarakat Tusun Lamo kian bertambah, namun mereka masih bingung harus menghadap ke siapa jika terjadi hal-hal baik maupun buruk karena dusun mereka belum memiliki struktur kepemimpinan. Akhirnya masyarakat Talang Lamo bermusyawarah untuk membentuk siapa yang patut untuk menjadi tetua di Dusun mereka. Karena Pak Rapat yang pertama kali menemukan tempat itu maka mereka menamai dusun mereka dengan sebutan Talang Pak Rapat.
Pada tahun 1928 bertepatan dengan tahun sumpah pemuda dengan melihat penduduk yang cukup banyak maka Pak Rapat memutuskan untuk membuat struktur organisasi Dusun mereka, dan seluruh masyarakatpun setuju atas usulan Pak Rapat.
Penggawa Miji sebutan untuk pemimpin dusun di percayakan kepada Pak Rapat. Pak Rapat ditugaskan untuk menunjuk siapa yang akan menjadi Penggawa Miji. Karena anak pertama Pak Rapat sudah meninggal dunia dan anak keduanya memiliki tabiat kurang baik, maka di putuskan anak bunsu Pak Rapat yang bernama Aliati atau biasa di panggil Puyang Tinggi untuk menjadi Penggawa Miji.
Untuk membantunya mengurus pemerintahan Penggawa Miji menunjuk beberapa jungku, jungku yang pertama disebut jungku adat yang kedua jungku pemerintahan dan yang ketiga jungku keagamaan. Setelah terbentuknya struktur dusun, merekapun sepakat untuk menamai tempat tinggal mereka dengan sebutan “Talang Perapat”. Hal tersebut disepakati atas dasar karena Pak Rapat yang pertama kali menemukan dan menempati Dusun tersebut dari mulai semak belukar rawa serta hutan menjadi Dusun.
Sejak bedirinya Dusun Talang Perapat yang kepemimpinannya masih bernama Penggawa Miji, bertepatan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada tahun 1940, penduduk Talang Perapat belum mengenal pendidikan dan masih buta baca tulis. Masyarakatpun mulai sadar betapa pentingnya pendidikan maka ada beberapa orang nekat bersekolah di Dusun Talang Tinggi walau pun menempu jarak yang cukup jauh sekolah tersebut bernama Sekolah Rakyat (SR).
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 membawa dampak baik bagi Dusun Talang Perapat. Dusun berubah manjadi Desa dan pemimpin desa yang awalnya bernama Penggawa Miji berubah menjadi Depati, dan pada tahun 1981 nama pemimpin desa pun kembali berubah dari Depati menjadi Kepala Desa.
“Dengan adanya buku ini, khususnya warga Desa Talang Perapat bisa mengetahui sejarah awal mula terbentuknya Desa Talang Perapat serta pendiri pertama Desa Talang Perapat” Ujar Ssukman Kepala Desa Talang Perapat.
Penulis : Rahmat Kabul
Editor : Diel Andika